Fokuskan diri untuk mencari solusi
Pada kenyataannya, tidak semua tempat yang menyediakan layanan pendidikan bahasa arab itu menyenangkan, akan selalu ada hal yang membuat peserta didik kurang nyaman, entah itu lokasi tempat belajar yang jauh, sarana & prasarana yang kurang memadai, atau materi dan cara penyampaian guru yang dirasa kurang nyaman.
Bila dibandingkan dengan pengajaran bahasa inggris seringkali pengajaran bahasa arab dianggap tertinggal; dari segi jumlah peserta didik, variasi media dan metode, serta materi pembelajaran. Pengajaran bahasa arab dalam satu kelas bisa saja menampung sampai 50 orang, yang bagi bule munkin akan dianggap "over load", buku panduan dan metode pengajaran bahasa arab juga terkadang dianggap lebih lambat perkembangannya.
Menghadapi kenyataan seperti ini sebagian pembelajar memilih untuk frustasi, ada yg memilih untuk berhenti belajar, ada juga yang bertahan untuk tetap belajar namun setiap hari selalu ada saja yang dikritiknya, entah itu kelas, sarpras, teman, buku, dan gurupun kadang tak luput dari kritikan.
Selayaknya seorang penuntut ilmu untuk memperhatikan adab menuntut ilmu sebelum dia menuntut banyak hal dari tempat belajarnya, dan diantara adab terpenting dalam belajar adalah:
جِئْنَا لِنَسْتَفِيْدَ لَا لِنَنْتَقِدَ
"Kita datang untuk mencari faidah, bukan untuk menyampaikan kritikan."
Jadi seyogyanya seorang pembelajar fokus mencari cara untuk memperoleh faidah dari belajarnya dengan segala macam keterbatasan ada, karena memang ilmu tidak bisa diperoleh dengan rasa nyaman. Bilapun hendak menyampaikan masukan maka sampaikanlah dengan cara yg beradab (tidak menampakkan rasa kesal dan kecewa mendalam terhadap tempat belajar), karena kita tidak akan memperoleh manfaat dari berkabung atas derita yang menimpa kita, tapi manfaat itu kita temukan saat kita berusaha memperbaiki keadaan semampu kita dan tidak banyak mengeluh, seperti diterangkan dalam ungkapan:
لَا تَسُبُّوْا الظَّلَامَ، ولّكِنْ أصْلِحِ الْمِصْبَاحَ
"Jangan kau cela kegelapan, perbaiki saja lenteramu."
Terlebih bila kritik tersebut banyak ditujukan kepada guru; bicara terlalu cepat, penjelasan kurang mudah dimengerti, atau menyampaikan tambahan materi di luar yang ada di buku panduan. hal seperti ini sudah lumrah ada di setiap tempat belajar, oleh karenanya Imam Asy-Syafi'iy jauh-jauh hari sudah berpesan:
اِصْبِرْ عَلَى مُرِّ الجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ *** فَإِنَّ رُسُوْبَ الْعِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ
وَمَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً *** تجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
"Bersabarlah atas hal-hal yang kurang menyenangkan dari seorang guru,
Karena gagalnya menutntut ilmu bersumber dari menjauhi dirinya.
Siapapun yang tak sanggup mencicipi hinanya menuntut ilmu sesaat,
Kelak dia akan mereguk hinanya kebodohan sepanjang hidupnya."
Andaipun bila memang guru kita memang sangat berhak dapat kritikan, minimal kita akan dapat faidah "Kalau jadi guru nanti saya tidak boleh mencontoh cara mengajar beliau, saya harus bisa lebih baik".
Setelah selesai belajar nanti kita punya kewajiban untuk berbagi ilmu dengan orang lain, sukakah kita bila saat kita mengajar nanti kita diusir hanya karena cara mengajar kita belum bagus?". Ingatlah bahwa kita akan dapat balsan sesuai dengan perbuatan kita, sebagaimana kita berbuat seperti itu kita akan dibalas. Dan ingatlah pula bahwa nahkoda yang handal tidak mendapatkan kehebatannya di laut yang ombaknya kecil, tapi didapat dari ombak besar dan badai yang dihadapi dengan susah payah, bukan dengan keluh kesah.
Selayaknya seorang penuntut ilmu untuk memperhatikan adab menuntut ilmu sebelum dia menuntut banyak hal dari tempat belajarnya, dan diantara adab terpenting dalam belajar adalah:
جِئْنَا لِنَسْتَفِيْدَ لَا لِنَنْتَقِدَ
"Kita datang untuk mencari faidah, bukan untuk menyampaikan kritikan."
Jadi seyogyanya seorang pembelajar fokus mencari cara untuk memperoleh faidah dari belajarnya dengan segala macam keterbatasan ada, karena memang ilmu tidak bisa diperoleh dengan rasa nyaman. Bilapun hendak menyampaikan masukan maka sampaikanlah dengan cara yg beradab (tidak menampakkan rasa kesal dan kecewa mendalam terhadap tempat belajar), karena kita tidak akan memperoleh manfaat dari berkabung atas derita yang menimpa kita, tapi manfaat itu kita temukan saat kita berusaha memperbaiki keadaan semampu kita dan tidak banyak mengeluh, seperti diterangkan dalam ungkapan:
لَا تَسُبُّوْا الظَّلَامَ، ولّكِنْ أصْلِحِ الْمِصْبَاحَ
"Jangan kau cela kegelapan, perbaiki saja lenteramu."
Terlebih bila kritik tersebut banyak ditujukan kepada guru; bicara terlalu cepat, penjelasan kurang mudah dimengerti, atau menyampaikan tambahan materi di luar yang ada di buku panduan. hal seperti ini sudah lumrah ada di setiap tempat belajar, oleh karenanya Imam Asy-Syafi'iy jauh-jauh hari sudah berpesan:
اِصْبِرْ عَلَى مُرِّ الجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ *** فَإِنَّ رُسُوْبَ الْعِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ
وَمَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً *** تجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
"Bersabarlah atas hal-hal yang kurang menyenangkan dari seorang guru,
Karena gagalnya menutntut ilmu bersumber dari menjauhi dirinya.
Siapapun yang tak sanggup mencicipi hinanya menuntut ilmu sesaat,
Kelak dia akan mereguk hinanya kebodohan sepanjang hidupnya."
Andaipun bila memang guru kita memang sangat berhak dapat kritikan, minimal kita akan dapat faidah "Kalau jadi guru nanti saya tidak boleh mencontoh cara mengajar beliau, saya harus bisa lebih baik".
Setelah selesai belajar nanti kita punya kewajiban untuk berbagi ilmu dengan orang lain, sukakah kita bila saat kita mengajar nanti kita diusir hanya karena cara mengajar kita belum bagus?". Ingatlah bahwa kita akan dapat balsan sesuai dengan perbuatan kita, sebagaimana kita berbuat seperti itu kita akan dibalas. Dan ingatlah pula bahwa nahkoda yang handal tidak mendapatkan kehebatannya di laut yang ombaknya kecil, tapi didapat dari ombak besar dan badai yang dihadapi dengan susah payah, bukan dengan keluh kesah.
Komentar
Posting Komentar